Minggu, 13 November 2011

Keutamaan Shalat, kebutuhan dasar manusia

Buku karya Javad Chanari, Abshar Rahmat, yang berartikan "Air Terjun Rahmat, " adalah sebuah buku yang membahas 30 kalimat sastra terkait shalat. Dalam salah satu tulisannya di buku ini disinggung, "Manusia tersiksa dengan kondisi gelisah dan tidak tenang. Untuk itu, ia akan berusaha mencari sarana untuk mendapatkan ketenangan. Seseorang dapat memenuhi kebutuhan materinya dengan mudah atau sulit. Namun ketika berpikir tentang kebutuhan spiritual, ia merasa kebingungan dalam menghadapi problema internal. Manusia secara otomatis mencari wujud terbaik guna meraih ketenangan di sampingnya. Di tengah padang luas dunia, manusia mencari pemilik alam semesta ini sehingga terlindungi dari segala kendala di dunia ini."


Dengan mukadimah itu, penulis buku ini menyimpulkan, "Saat manusia membutuhkan kekuatan metafisik, ingat kepada Allah Swt akan menenangkan hatinya, dan shalat yang penuh dengan zikir akan menjadi substansi eksistensi baginya. Shalat tidak hanya ingat kepada Allah Swt, tapi juga berbicara dengan-Nya. Komunikasi secara intensif kepada Allah Swt juga akan mempererat dan memperkokoh hubungan manusia dengan Allah Swt."


Kehidupan sosial manusia merupakan naluri manusia yang tak bisa dipisahkan. Untuk itu, manusia tidak mampu melakukan kehidupan individual tanpa bergantung pada aspek-aspek sosial. Kehidupan sosial dan hubungan dengan orang lain mempunyai berbagai efek yang tentunya akan berpengaruh pada manusia dalam bentuk beragam. Terkait hal ini, Rasulullah Saw mengingatkan bahwa pergaulan juga mempunyai efek-efek yang harus dipantau. Rasulullah Saw bersabda, "Kesendirian itu lebih baik daripada bergaul dengan teman yang buruk. Bergaul dengan teman yang baik itu lebih baik daripada kesendirian."


Dengan demikian, kehidupan sosial dan hubungan dengan orang lain membutuhkan serangkaian etika yang sangatlah penting dalam menjaga pergaulan dengan orang lain. Lebih dari itu, kondisi juga harus dipertimbangkan dalam mengambil langkah karena hal itu juga menentukan dalam menggapai kesuksesan.


Ajaran-ajaran agama memperhatikan etika dalam seluruh perilaku, dan mendorong manusia supaya menjaga nilai-nilai dalam berperilaku. Shalat adalah salah satu di antara pekerjaan yang mempunyai etika khusus. Untuk itu, manusia sepatutnya memperhatikan hal-hal tersebut.


Untuk mencapai hakikat shalat dan menggapai nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam ibadah ini, seseoarng sudah sepatutnya menjaga kondisi shalat dengan baik. Sangatlah jelas bahwa shalat mempunyai efek-efek konstruktif dan berharga yang dapat mendorong manusia ke arah kedewasaan dan kesempurnaan seutuhnya. Sebaliknya, manusia akan mengalami dekadensi dan kehilangan rahmat Allah Swt saat tidak memperhatikan kondisi shalat.


Etika Shalat; lahiriah dan batiniah

Etika shalat itu mempunyai dua bentuk, yakni dari sisi eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, shalat mempunyai serangkaian etika seperti berwudhu, bersembahyang di awal waktu serta berpakaian suci, bersih dan sopan. Etika shalat selain bermanfaat dari spiritual, juga berperan dalam kehidupan manusia secara umum. Sebagai contoh, berwudhu, berpakaian bersih dan sopan, serta mengenakan wangi-wangian juga mempunyai aspek kesehatan dan kebersihan. Lebih dari itu, waktu-waktu shalat membuat manusia sadar akan waktu dan mendorongnya untuk memprogram agendanya secara detail.


Akan tetapi hal yang lebih penting dari etika lahiriah shalat adalah etika batiniah yang dtinjau dari sisi internal. Etika internal akan menghantarkan manusia ke substansi shalat yang sebenarnya dan memperkokoh hubungan manusia kepada Allah Swt. Pada hakikatnya, spiritual shalat menaburkan benih kekhusyukan ibadah kepada Allah Swt pada jiwa manusia serta menjauhkannya dari dorongan kefasadan dan dekadensi moral. Untuk itu, para pembesar agama sangat menekankan etika internal shalat.


Imam Khomeini ra menyatakan bahwa kehambaan dan kekerdilan di hadapan Allah Swt dapat dirasakan saat menjaga etika internal shalat. Etika internal shalat memperjelas posisi hamba di hadapan Allah Swt. Pendiri shalat harus merasa kerdil dan rendah diri di hadapan keagungan Allah Swt. Dengan cara itu, semua hijab akan terungkap yang kemudian menghantarkan manusia ke alam yang lebih tinggi.


Ketenangan yang juga diistilahkan dengan tumakninah, adalah di antara etika shalat internal. Jika seseorang beribadah dengan ketenangan hati, ia akan menemukan peluang untuk memahami makna-makan shalat yang lebih dalam dan merasakan kenikmatan shalat yang luar biasa. Menurut Imam Khomeini ra, bila zikir shalat diucapkan dengan kegelisahan dan ketergesaan tanpa konsentrasi, hal itu tidak membekas pada diri manusia, dan hanya sebatas lidah dan telinga saja yang tentunya tidak akan sampai pada batin manusia.


Salah satu di antara etika shalat lainnya adalah melakukan ibadah shalat dengan giat dan ceria. Pendiri shalat harus memilih waktu yang tepat sehingga ia dapat mengerjakannya dengan spirit yang siap. Sebab, ibadah di tengah kelesuan tidak akan memberikan dampak konstruktif, bahkan bisa jenuh dalam melakukan ibadah. Rasulullah Saw bersabda, "Wahai Ali, agama ini sangatlah kuat dan kokoh. Untuk itu, melangkahlah dengan penuh kompromi dan janganlah menyembah Tuhanmu dengan rasa tidak suka."


Cara meraih kekhusyuan dalam shalat

Dalam banyak riwayat disebutkan berbagai masalah terkait etika dan khusyuk dalam shalat. Di antara manfaat mendasar shalat adalah menjauhkan manusia dari segala keburukan. Manfaat ini hanya dapat diraih melalui kekhusyukan. Kekhusyukan dapat diartikan dengan hadirnya jiwa dan spirit manusia saat berdzikir dan melaksanakan shalat. Imam Jafar Shadiq as berkata, "Ketika kamu mengerjakan shalat menghadap kiblat, lupakanlah segala sesuatu dunia ini."


Di zaman sekarang, pikiran manusia banyak disibukkan dengan hal-hal yang pelik dan hanya terkonstensrasi pada masalah tertentu. Untuk itu, shalat dengan khusyuk bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi Imam Khomeini ra mengingatkan, manusia dapat berkonsentrasi dengan membimbing dan melatih kekuatan-kekuatan eksternal dan internal. Hal yang paling menunjang adalah mengenal Allah Swt dan berupaya memahami hakekat yang sebenarnya.

Manusia sudah selayaknya membentangkanya tangan ketergantunganya kepada Allah Swt dan meninggalkan egoisme. Ketika shalat dikerjakan dengan tulus dan takwa, ibadah ini akan membekas pada diri manusia yang mendalam dan menghantarkan manusia ke kebahagiaan sejati. 

Tidak ada komentar:

Artikel Populer